Selamatkan Permainan Tradisional, Warisan Budaya Kita!



Masa kecil kita dulu, siapa yang tak merindukannya? Bayangan bermain layangan hingga larut sore, suara tawa riang saat main petak umpet, atau keringat bercucuran saat adu kecepatan main gundu. Sekarang, di era digital yang serba canggih, kenangan indah itu mulai memudar, tergantikan oleh layar gadget yang menyita waktu bermain anak-anak kita. Namun, Ny. Selvi Ananda, istri Wakil Presiden RI, mengajak kita untuk bernostalgia dan menyelamatkan warisan budaya berharga ini.

Dalam rangka Hari Anak Nasional 2025, Selvi Ananda hadir di acara Car Free Day Bundaran HI, Jakarta. Bukan sekadar hadir, beliau menyuarakan hal penting yang mungkin sering kita lupakan: pentingnya permainan tradisional dalam tumbuh kembang anak. Beliau sangat mengapresiasi perayaan HAN yang kini meriah di seluruh Indonesia, bukan hanya terpusat di satu kota saja. Sebuah inovasi yang luar biasa untuk membangkitkan semangat kebersamaan dalam merayakan hari istimewa anak-anak Indonesia.

Selvi berbagi cerita masa kecilnya yang begitu berkesan. Bayangkan, tanpa gadget yang mendominasi, sore harinya diisi dengan permainan tradisional bersama teman-teman sekomplek. Ia mengenang dengan hangat:

  1. Lompat tali dan engklek bersama teman-teman perempuan.
  2. Menikmati keseruan bermain bola bekel.
  3. Beradu strategi dan kecepatan dalam permainan petak umpet dan gobak sodor bersama teman laki-laki.

Bayangkan betapa kayanya interaksi sosial dan kreatifitas yang terbangun dari permainan-permainan sederhana tersebut. Namun, kini permainan-permainan tersebut mulai terlupakan, tergeser oleh kecanggihan teknologi. Selvi Ananda merasa prihatin melihat hal ini. Ia berharap Hari Anak Nasional ini menjadi momentum untuk mengingatkan kita semua bahwa bermain adalah hak anak, dan permainan tradisional adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Kita perlu menghidupkan kembali permainan-permainan ini, bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga untuk melestarikan budaya bangsa.

Dalam acara tersebut, Selvi tak hanya berpidato, tetapi juga turut serta bermain! Ia tampak antusias mencoba berbagai permainan tradisional, seperti gangsing, congklak, dan bahkan balapan dorong ban bekas bersama Menteri PPPA Arifah Fauzi. Aksi beliau ini tentu menjadi inspirasi bagi kita semua untuk lebih peduli dan terlibat aktif dalam melestarikan permainan tradisional.

Mari kita renungkan kembali. Gadget memang memudahkan kehidupan, tapi jangan sampai mengikis keindahan masa kecil anak-anak kita. Mari kita ajak mereka untuk merasakan keseruan bermain layangan, bermain congklak, dan permainan tradisional lainnya. Ini bukan hanya soal nostalgia, tetapi juga tentang merawat warisan budaya dan membangun generasi yang sehat, kreatif, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Jadi, siap untuk kembali bermain dan mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak kita? Mari kita wujudkan Indonesia Emas 2045 dengan generasi yang kuat dan berakar budaya!